Deny Setiawan
Student of Postgraduate Doctoral Program, State
University of Malang
denysetiawan3004@gmail.com
I.
PENDAHULUAN
Untuk
memaksimalkan hasil penelitian, hendaknya peneliti menyelidiki secara cermat
suatu program, peristiwa, aktivitas, proses atau sekelompok individu dengan
menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data berdasarkan waktu yang telah
ditentukan. Tujuan dalam pelaksanaan penelitian tersebut adalah untuk memahami
bagaimana suatu peristiwa dapat berjalan daripada mengembangkan pemahaman yang
mendalam tentang kasus tunggal atau mengeksplorasi isu atau dengan menggunakan
kasus tersebut sebagai ilustrasi spesifik (Creswell, 2015:135).
Banyak
penelitian dalam pelaksanaan penelitiannya tidak dilakukan sebagaimana
mestinya. Terdapat kecenderungan dikalangan peneliti untuk melakukan
penyelidikan secara langsung terjun ke lapangan guna mengumpulkan data tanpa
perencanaan yang matang. Pada waktu pengolahan data baru dirasakan adanya
kekurangan-kekurangan dalam penelitian secara keseluruhan, sehingga hasil yang
diperoleh tidak maksimal, baik bagi si peneliti sendiri, maupun bagi pihak yang
akan mempergunakan hasil penelitian. Oleh karena itu, tidak diragukan lagi
bahwa studi kasus merupakan hal yang sangat penting artinya untuk
mendapatkan hasil penelitian yang maksimal (Merriam, 1998; Denzin dan Lincoln,
2005; Yin, 2009; ) dalam (Creswell, 2015:135)
Penulisan
makalah ini bertujuan untuk membahas tentang penelitian studi kasus dan mengacu
pada buku yang ditulis oleh John W. Creswell dengn judul “Penelitian Kualitatif
dan Desain Riset”. Adapun batasan pada penulisan makalah agar lebih terarah
yakni : 1) Penjelasan mengenai pengertian studi kasus; 2) Ciri-ciri studi
kasus; 3) Jenis studi kasus; 4) Langkah penelitian studi kasus; 5) Kelebihan
dan kekurangan Studi Kasus; dan 6) Contoh penelitian Studi kasus.
II.
KAJIAN
PUSTAKA
III.
1.
Pengertian Studi Kasus
Penelitian
Studi kasus adalah pendekatan kualitatif yang penelitiannya mengeksplorasi
kehidupan-nyata, sistem terbatas kontemporer (kasus) atau beragam sistem
terbatas (berbagai kasus) melalui pengumpulan data yang detail dan mendalam
serta melibatkan beragam sumber informasi dan melaporkan deskripsi kasus dan
tema kasus (Creswell, 2015:135-136). Sementara Given dalam bukunya “The Sage Encyclopedia of Qualitative Research Methods“ sebagaimana
dikutip (Halimi, 2014:2) mengungkapkan bahwa Penelitian kasus atau studi kasus adalah suatu penelitian yang dilakukan
secara intensif terinci dan mendalam terhadap suatu organisasi, lembaga atau
gejala tertentu. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh
(Maxfield, 1930; Bogdan dan Bikien, 1982; Surachmad, 1982; Yin, 1987, Ary,
et.al, 1985) sebagaimana dikutip (Bahri, 2014:1-2) bahwasanya studi kasus
merupakan penelitian tentang subjek yang berkenaan dengan fase spesifik atau
khas dari keseluruhan personalitas secara intensif serta lebih bersifat teknis
dengan penekanan pada ciri-cirinya.
Hasil
penelitian studi kasus merupakan suatu generalisasi dari pola-pola kasus yakni
tipikal dari individu, kelompok, lembaga, dan sebagainya. Tergantung dari
tujuannya, ruang lingkup dari studi dapat mencakup segmen atau bagian tertentu
atau mencakup keseluruhan siklus kehidupan dari individu, kelompok, dan
sebagainya, baik dengan penekanan terhadap factor-faktor kasus tertentu,
ataupun meliputi keseluruhan factor-faktor dan fenomena-fenomena. Studi kasus
lebih menekankan mengkaji variabel yang cukup banyak pada jumlah unit yang
kecil. Ini berbeda dengan metode survai, di mana peneliti cenderung
mengevaluasi variabel yang lebih sedikit, tetapi dengan unit sample yang
relative besar.
2.
Ciri-ciri Studi Kasus
Tinjauan singkat
terhadap berbagai studi kasus kualitatif yang dilaporkan dalam berbagai
literatur menghasilkan beberapa ciri khas. Ciri-ciri studi kasus dapat dilihat
dari tabel berikut ini, antara lain:
Ciri-ciri
|
Penelitian Studi Kasus
|
Fokus
|
Mengembangkan deskripsi dan analisis
mendalam tentang kasus atau beragam kasus (kasus majemuk)
|
Tipe permasalahan yang paling cocok
untuk desain
|
Menyediakan pemahaman mendalam tentang
kasus atau berbagai kasus
|
Latar belakang disiplin
|
Mengambil dari psikologi, hukum, sains
politik, dan kedokteran
|
Satuan analisis
|
Mempelajari peristiwa, program,
aktivitas, atau lebih dari satu individu
|
Bentuk pengumpulan data
|
Menggunakan beragam sumber, seperti:
1) wawancara; 2) pengamatan; 3) dokumen; dan 4) artefak
|
Strategi analisis data
|
Menganalisis data melalui deskripsi
tentang kasus dan tema dari sebuah kasus dan tema lintas kasus
|
Laporan tertulis
|
Mengembangkan analisis detail tentang
satu atau lebih kasus
|
Struktur umum dari studi
|
1.
Sketsa pendahuluan
2.
Pengantar (permasalahan,
pertanyaan, studi kasus, pengumplan data, analisis data, dan hasil)
3.
Deskripsi tentang kasus/beberapa
kasus dan konteks
4.
Pengembangan masalah
5.
Rincian tentang masalah yang
dipilih
6.
Penegasan
7.
Sketsa penutup
|
(Creswell, 2015)
3.
Jenis Studi Kasus
Dalam
pelaksanaan penelitian studi kasus, terdapat beberapa jenis studi yang memiliki
fungsi berbeda. Sebagaimana yang diungkapkan oleh (Halimi, 2014:4) setidaknya
ada 6 jenis penelitian studi kasus yang berbeda, jenis-jenis studi kasus
tersebut diantaranya adalah :
1. Studi
kasus kesejarahan mengenai organisasi, dipusatkan pada perhatian organisasi
tertentu dan dalam kurun waktu tertentu, dengan rnenelusuni perkembangan
organisasinya. Studi ini sering kurang memungkinkan untuk diselenggarakan,
karena sumbernya kurang mencukupi untuk dikerjakan secara minimal.
2. Studi
kasus observasi, mengutamakan teknik pengumpulan datanya melalui observasi
peran-serta atau pelibatan (participant observation), sedangkan fokus studinya
pada suatu organisasi tertentu. Bagian-bagian organisasi yang menjadi fokus
studinya antara lain: (a) suatu tempat tertentu di dalam sekolah; (b) satu
kelompok siswa; (c) kegiatan sekolah.
3. Studi
kasus sejarah hidup, yang mencoba mewawancarai satu orang dengan maksud
mengumpulkan narasi orang pertama dengan kepemilikan sejarah yang khas.
Wawancara sejarah hidup biasanya mengungkap konsep karier, pengabdian hidup
seseorang, dan lahir hingga sekarang, masa remaja, sekolah, topik persahabatan
dan topik tertentu lainnya.
4. Studi
kasus kemasyarakatan, merupakan studi tentang kasus kemasyarakatan (community
study) yang dipusatkan pada suatu lingkungan tetangga atau masyarakat sekitar
(kornunitas), bukannya pada satu organisasi tertentu bagaimana studi kasus
organisasi dan studi kasus observasi.
5. Studi
kasus analisis situasi, jenis studi kasus ini mencoba menganalisis situasi
terhadap peristiwa atau kejadian tertentu. Misalnya terjadinya pengeluaran
siswa paa sekolah tertentu, maka haruslah dipelajari dari sudut pandang semua
pihak yang terkait, mulai dari siswa itu sendiri, teman-temannya, orang tuanya,
kepala sekolah, guru dan mungkin tokoh kunci lainnya.
6.
Mikroethnografi, merupakan jenis studi kasus yang dilakukan pada unit
organisasi yang sangat kecil, seperti suatu bagian sebuah ruang kelas atau
suatu kegiatan organisasi yang sangat spesifik pada anak-anak yang sedang
belajar menggambar.
4.
Langkah Penelitian Studi Kasus
Tahapan
pelaksanaan studi kasus ada beberapa tahapan/langkah yang harus dilakukan,
sebagaimana diungkapkan oleh (Stakes, 1995; Yin, 2009) yang dikutip oleh (Creswell,
2014:140-141) ada setidaknya 5 tahapan, diantaranya adalah: 1) Menentukan
terlebih dahulu apakah pendekatan studi kasus sudah tepat untuk mempelajari
permasalahan risetnya; 2) Mengidentifikasi kasus yang diteliti; 3) Pengumpulan
data dalam riset studi kasus meluas dan pengambilannya dari beragam sumber
informasi; 4) Tipe analisis data berupa analisis holistik dari keseluruhan
kasus atau analisis melekat dari kasus tersebut; dan 5) Pada penafsiran akhir,
peneliti melaporkan makna dari kasus yang diteliti apakah kasus tersebut
instrumental atau intrinsik.
Selain
apa yang diungkapkan oleh Creswell di atas, di sisi lain (Halimi, 2014:5-6)
juga mengungkapkan bahwasanya dalam pelaksanaan penelitian studi kasus harus
memperhatikan langkah-langkah sebagai berikut ini:
1. Pemilihan
kasus: dalam pemilihan kasus hendaknya dilakukan secara bertujuan (purposive)
dan bukan secara rambang. Kasus dapat dipilih oleh peneliti dengan menjadikan
objek orang, lingkungan, program, proses, dan masyarakat atau unit
sosial.Ukuran dan kompleksitas objek studi kasus haruslah masuk akal, sehingga
dapat diselesaikan dengan batas waktu dan sumber-sumber yang tersedia.
2.
Pengumpulan data: terdapat beberapa teknik dalam pengumpulan data, tetapi yang
lebih dipakai dalarn penelitian kasus adalah observasi, wawancara, dan analisis
dokumentasi. Peneliti sebagai instrurnen penelitian, dapat menyesuaikan cara
pengumpulan data dengan masalah dan lingkungan penelitian, serta dapat
mengumpulkan data yang berbeda secara serentak.
3. Analisis
data: setelah data terkumpul peneliti dapat mulai mengagregasi, mengorganisasi,
dan mengklasifikasi data menjadi unit-unit yang dapat dikelola. Agregasi
merupakan proses mengabstraksi hal-hal khusus menjadi hal-hal umum guna
menemukan pola umum data. Data dapat diorganisasi secara kronologis, kategori
atau dimasukkan ke dalam tipologi.Analisis data dilakukan sejak peneliti di
lapangan, sewaktu pengumpulan data dan setelah semua data terkumpul atau
setelah selesai dan lapangan.
4. Perbaikan
(refinement): meskipun semua data telah terkumpul, dalam pendekatan studi kasus
hendaknya dilakukan penyempurnaan atau penguatan (reinforcement) data baru
terhadap kategori yang telah ditemukan. Pengumpulan data baru mengharuskan
peneliti untuk kembali ke lapangan dan barangkali harus membuat kategori baru,
data baru tidak bisa dikelompokkan ke dalam kategori yang sudah ada.
5. Penulisan
laporan: laporan hendaknya ditulis secara komunikatif, mudah dibaca, dan
mendeskripsikan suatu gejala atau kesatuan sosial secara jelas, sehingga
memudahkan pembaca untuk memahami seluruh informasi penting. Laporan diharapkan
dapat membawa pembaca ke dalam situasi kasus kehidupan seseorang atau kelompok.
Lebih lanjut Creswell mengemukakan
sebagaimana dikutip oleh (Kusmarni, 2014:4) beberapa “tantangan” dalam perkembangan
studi kasus kualitatif sebagai berikut : 1) Peneliti hendaknya dapat mengidentifikasi
kasusnya dengan baik; 2) Peneliti hendaknya mempertimbangkan apakah akan
mempelajari sebuah kasus tunggal atau multikasus; 3) Dalam memilih suatu kasus
diperlukan dasar pemikiran dari peneliti untuk melakukan strategi sampling yang
baik sehingga dapat pula mengumpulkan informasi tentang kasus dengan baik pula;
4) Memiliki banyak informasi untuk menggambarkan secara mendalam suatu kasus
tertentu. Dalam merancang sebuah studi kasus, peneliti dapat mengembangkan
sebuah matriks pengumpulan data dengan berbagai informasi yang dikumpulkan
mengenai suatu kasus; dan 5) Memutuskan “batasan” sebuah kasus. Batasan-batasan
tersebut dapat dilihat dari aspek waktu, peristiwa dan proses.
5. Kelebihan dan Kekurangan Studi
Kasus
Sebagaimana yang diungkapkan oleh
(Multazam, 2013:4-5) penelitian menggunakan studi kasus memiliki bebeapa
beberapa kelebihan dan kekurangan, diantaranya sebagai berikut ini.
Kelebihan
|
Kekurangan
|
1. Analisis intensif yang
dilewatkan tidak dlakukan oleh metode lain.
2. Dapat menghasilkan ilmu pengetahuan pada kasus khusus. 3. Cara yang tepat untuk mengeksplorasi fenomena yang belu secara detail diteliti. 4. Informasi yang dihasilkan dalam studi kasus dapat sangat bermanfaat dalam menghasilkan hipotesis yang diuji lebih ketat, rinci, dan seteliti mungkin pada penelitian berikutnya. 5. Studi kasus yang bagus (well designed) merupakan sumber informasi deskriotif yang baik dan dapat digunakan sebagai bukti untuk suatu pengembangan teori atau menyanggah teori. |
1. Studi kasus seringkali
dipandang kurang ilmiah atau pseudo-scientific karena pengukurannya bersifat
subjectif atau tidak bisa dikuantifisir. Dalam hal ini, kritik ini juga
mempertanyakan validitas dari hasil penelitian studi kasus.
2. Karena masalah interpretasi subjektif pada pengumpulan dan analisa data studi kasus, maka mengerjakan pekerjaan ini relative lebih sulit dari penelitian kuantitatif. 3. Masalah generalisasi. Karena skupa penelitian baik issu maupun jumlah orang yang menjadi target kajian studi kasus sangat kecil, kemampuan generalisasi dari temuan pada studi kasus adalah rendah. 4. Karena lebih bersifat deskriftif, studi kasus juga dianggap kurang memberi sumbangan pada persoalan-persoalan praktis mengatasi suatu masalah. 5. Biaya penyelenggaraan yang relative mahal. Karena kedalaman ibformasi yang digali pada studi kasus, maka luangan waktu dan fikiran untuk mengerjakan studi kasus jauh lebih banyak daripada studi dengan skala yang besar, tetapi hanya melingkupi data yang terbatas. Untuk hal ini, sebagian orang menganggap bahwa studi kasus lebih mahal dari pada penelitian-penelitian kuantitatif. 6. Karena fleksibilitas desain studi kasus, ini memungkinkan peneliti untuk beralih fokus studi ke arah yang tidak seharusnya. |
(Multazam,
2013)
6. Contoh Penelitian Studi kasus
Disuatu kelas terdapat seorang siswa yang sangat menonjol, lain dari yang lain. Jika diajar tidak pernah tenang, sifatnya keras suka
membantah. Sikapnya berang, akan tetapi prestasinya luas biasa baik. Siswa seperti ini pantas dijadikan “kasus”, artinya dijadikan subjek dalam
penelitian menggunakan studi kasus.
Di dalam penelitian tersebut siswa diselidiki apa penyebab siswa mempunyai tingkah laku demikian. Apa saja yang melatar belakanginya, bagaimana sejarahnya dan seterusnya.
DAFTAR PUSTAKA
Creswell,
John W. (2015). Penelitian Kualitatif dan
Desain Riset : Memilih Diantara Lima Pendekatan. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Hamili
(2014). Penelitian Studi Kasus Desain
Metode.
Bahri, Syamsyul (2014). Makalah Metode Penelitian Studi Kasus.
Kusmarni, Yani (2014). Laporan Studi Kasus.
Multazam, Ahmad (2013). Studi Kasus Dalam Metodologi Penelitian.