Minggu, 22 Mei 2016

METODE PENELITIAN STUDI KASUS


Deny Setiawan
Student of Postgraduate Doctoral Program, State University of Malang
denysetiawan3004@gmail.com

I.                   PENDAHULUAN
Untuk memaksimalkan hasil penelitian, hendaknya peneliti menyelidiki secara cermat suatu program, peristiwa, aktivitas, proses atau sekelompok individu dengan menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data berdasarkan waktu yang telah ditentukan. Tujuan dalam pelaksanaan penelitian tersebut adalah untuk memahami bagaimana suatu peristiwa dapat berjalan daripada mengembangkan pemahaman yang mendalam tentang kasus tunggal atau mengeksplorasi isu atau dengan menggunakan kasus tersebut sebagai ilustrasi spesifik (Creswell, 2015:135).
Banyak penelitian dalam pelaksanaan penelitiannya tidak dilakukan sebagaimana mestinya. Terdapat kecenderungan dikalangan peneliti untuk melakukan penyelidikan secara langsung terjun ke lapangan guna mengumpulkan data tanpa perencanaan yang matang. Pada waktu pengolahan data baru dirasakan adanya kekurangan-kekurangan dalam penelitian secara keseluruhan, sehingga hasil yang diperoleh tidak maksimal, baik bagi si peneliti sendiri, maupun bagi pihak yang akan mempergunakan hasil penelitian. Oleh karena itu, tidak diragukan lagi bahwa studi kasus  merupakan hal yang sangat penting artinya untuk mendapatkan hasil penelitian yang maksimal (Merriam, 1998; Denzin dan Lincoln, 2005; Yin, 2009; ) dalam (Creswell, 2015:135)  
Penulisan makalah ini bertujuan untuk membahas tentang penelitian studi kasus dan mengacu pada buku yang ditulis oleh John W. Creswell dengn judul “Penelitian Kualitatif dan Desain Riset”. Adapun batasan pada penulisan makalah agar lebih terarah yakni : 1) Penjelasan mengenai pengertian studi kasus; 2) Ciri-ciri studi kasus; 3) Jenis studi kasus; 4) Langkah penelitian studi kasus; 5) Kelebihan dan kekurangan Studi Kasus; dan 6) Contoh penelitian Studi kasus.

II.                KAJIAN PUSTAKA
III.             1. Pengertian Studi Kasus
Penelitian Studi kasus adalah pendekatan kualitatif yang penelitiannya mengeksplorasi kehidupan-nyata, sistem terbatas kontemporer (kasus) atau beragam sistem terbatas (berbagai kasus) melalui pengumpulan data yang detail dan mendalam serta melibatkan beragam sumber informasi dan melaporkan deskripsi kasus dan tema kasus (Creswell, 2015:135-136). Sementara Given dalam bukunya The Sage Encyclopedia of Qualitative Research Methods sebagaimana dikutip (Halimi, 2014:2) mengungkapkan bahwa Penelitian kasus atau studi kasus adalah suatu penelitian yang dilakukan secara intensif terinci dan mendalam terhadap suatu organisasi, lembaga atau gejala tertentu. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh (Maxfield, 1930; Bogdan dan Bikien, 1982; Surachmad, 1982; Yin, 1987, Ary, et.al, 1985) sebagaimana dikutip (Bahri, 2014:1-2) bahwasanya studi kasus merupakan penelitian tentang subjek yang berkenaan dengan fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas secara intensif serta lebih bersifat teknis dengan penekanan pada ciri-cirinya.
Hasil penelitian studi kasus merupakan suatu generalisasi dari pola-pola kasus yakni tipikal dari individu, kelompok, lembaga, dan sebagainya. Tergantung dari tujuannya, ruang lingkup dari studi dapat mencakup segmen atau bagian tertentu atau mencakup keseluruhan siklus kehidupan dari individu, kelompok, dan sebagainya, baik dengan  penekanan terhadap factor-faktor kasus tertentu, ataupun meliputi keseluruhan factor-faktor dan fenomena-fenomena. Studi kasus lebih menekankan mengkaji variabel yang cukup banyak pada jumlah unit yang kecil. Ini berbeda dengan metode survai, di mana peneliti cenderung mengevaluasi variabel yang lebih sedikit, tetapi dengan unit sample yang relative besar.
2. Ciri-ciri Studi Kasus
            Tinjauan singkat terhadap berbagai studi kasus kualitatif yang dilaporkan dalam berbagai literatur menghasilkan beberapa ciri khas. Ciri-ciri studi kasus dapat dilihat dari tabel berikut ini, antara lain:
Ciri-ciri
Penelitian Studi Kasus
Fokus
Mengembangkan deskripsi dan analisis mendalam tentang kasus atau beragam kasus (kasus majemuk)
Tipe permasalahan yang paling cocok untuk desain
Menyediakan pemahaman mendalam tentang kasus atau berbagai kasus
Latar belakang disiplin
Mengambil dari psikologi, hukum, sains politik, dan kedokteran
Satuan analisis
Mempelajari peristiwa, program, aktivitas, atau lebih dari satu individu
Bentuk pengumpulan data
Menggunakan beragam sumber, seperti: 1) wawancara; 2) pengamatan; 3) dokumen; dan 4) artefak
Strategi analisis data
Menganalisis data melalui deskripsi tentang kasus dan tema dari sebuah kasus dan tema lintas kasus
Laporan tertulis
Mengembangkan analisis detail tentang satu atau lebih kasus
Struktur umum dari studi
1.      Sketsa pendahuluan
2.      Pengantar (permasalahan, pertanyaan, studi kasus, pengumplan data, analisis data, dan hasil)
3.      Deskripsi tentang kasus/beberapa kasus dan konteks
4.      Pengembangan masalah
5.      Rincian tentang masalah yang dipilih
6.      Penegasan
7.      Sketsa penutup
(Creswell, 2015)
3. Jenis Studi Kasus
            Dalam pelaksanaan penelitian studi kasus, terdapat beberapa jenis studi yang memiliki fungsi berbeda. Sebagaimana yang diungkapkan oleh (Halimi, 2014:4) setidaknya ada 6 jenis penelitian studi kasus yang berbeda, jenis-jenis studi kasus tersebut diantaranya adalah :
1. Studi kasus kesejarahan mengenai organisasi, dipusatkan pada perhatian organisasi tertentu dan dalam kurun waktu tertentu, dengan rnenelusuni perkembangan organisasinya. Studi ini sering kurang memungkinkan untuk diselenggarakan, karena sumbernya kurang mencukupi untuk dikerjakan secara minimal.
2. Studi kasus observasi, mengutamakan teknik pengumpulan datanya melalui observasi peran-serta atau pelibatan (participant observation), sedangkan fokus studinya pada suatu organisasi tertentu. Bagian-bagian organisasi yang menjadi fokus studinya antara lain: (a) suatu tempat tertentu di dalam sekolah; (b) satu kelompok siswa; (c) kegiatan sekolah.
3. Studi kasus sejarah hidup, yang mencoba mewawancarai satu orang dengan maksud mengumpulkan narasi orang pertama dengan kepemilikan sejarah yang khas. Wawancara sejarah hidup biasanya mengungkap konsep karier, pengabdian hidup seseorang, dan lahir hingga sekarang, masa remaja, sekolah, topik persahabatan dan topik tertentu lainnya.
4. Studi kasus kemasyarakatan, merupakan studi tentang kasus kemasyarakatan (community study) yang dipusatkan pada suatu lingkungan tetangga atau masyarakat sekitar (kornunitas), bukannya pada satu organisasi tertentu bagaimana studi kasus organisasi dan studi kasus observasi.
5. Studi kasus analisis situasi, jenis studi kasus ini mencoba menganalisis situasi terhadap peristiwa atau kejadian tertentu. Misalnya terjadinya pengeluaran siswa paa sekolah tertentu, maka haruslah dipelajari dari sudut pandang semua pihak yang terkait, mulai dari siswa itu sendiri, teman-temannya, orang tuanya, kepala sekolah, guru dan mungkin tokoh kunci lainnya.
6. Mikroethnografi, merupakan jenis studi kasus yang dilakukan pada unit organisasi yang sangat kecil, seperti suatu bagian sebuah ruang kelas atau suatu kegiatan organisasi yang sangat spesifik pada anak-anak yang sedang belajar menggambar.
4. Langkah Penelitian Studi Kasus
            Tahapan pelaksanaan studi kasus ada beberapa tahapan/langkah yang harus dilakukan, sebagaimana diungkapkan oleh (Stakes, 1995; Yin, 2009) yang dikutip oleh (Creswell, 2014:140-141) ada setidaknya 5 tahapan, diantaranya adalah: 1) Menentukan terlebih dahulu apakah pendekatan studi kasus sudah tepat untuk mempelajari permasalahan risetnya; 2) Mengidentifikasi kasus yang diteliti; 3) Pengumpulan data dalam riset studi kasus meluas dan pengambilannya dari beragam sumber informasi; 4) Tipe analisis data berupa analisis holistik dari keseluruhan kasus atau analisis melekat dari kasus tersebut; dan 5) Pada penafsiran akhir, peneliti melaporkan makna dari kasus yang diteliti apakah kasus tersebut instrumental atau intrinsik.
            Selain apa yang diungkapkan oleh Creswell di atas, di sisi lain (Halimi, 2014:5-6) juga mengungkapkan bahwasanya dalam pelaksanaan penelitian studi kasus harus memperhatikan langkah-langkah sebagai berikut ini:
1. Pemilihan kasus: dalam pemilihan kasus hendaknya dilakukan secara bertujuan (purposive) dan bukan secara rambang. Kasus dapat dipilih oleh peneliti dengan menjadikan objek orang, lingkungan, program, proses, dan masyarakat atau unit sosial.Ukuran dan kompleksitas objek studi kasus haruslah masuk akal, sehingga dapat diselesaikan dengan batas waktu dan sumber-sumber yang tersedia.
2. Pengumpulan data: terdapat beberapa teknik dalam pengumpulan data, tetapi yang lebih dipakai dalarn penelitian kasus adalah observasi, wawancara, dan analisis dokumentasi. Peneliti sebagai instrurnen penelitian, dapat menyesuaikan cara pengumpulan data dengan masalah dan lingkungan penelitian, serta dapat mengumpulkan data yang berbeda secara serentak.
3. Analisis data: setelah data terkumpul peneliti dapat mulai mengagregasi, mengorganisasi, dan mengklasifikasi data menjadi unit-unit yang dapat dikelola. Agregasi merupakan proses mengabstraksi hal-hal khusus menjadi hal-hal umum guna menemukan pola umum data. Data dapat diorganisasi secara kronologis, kategori atau dimasukkan ke dalam tipologi.Analisis data dilakukan sejak peneliti di lapangan, sewaktu pengumpulan data dan setelah semua data terkumpul atau setelah selesai dan lapangan.
4. Perbaikan (refinement): meskipun semua data telah terkumpul, dalam pendekatan studi kasus hendaknya dilakukan penyempurnaan atau penguatan (reinforcement) data baru terhadap kategori yang telah ditemukan. Pengumpulan data baru mengharuskan peneliti untuk kembali ke lapangan dan barangkali harus membuat kategori baru, data baru tidak bisa dikelompokkan ke dalam kategori yang sudah ada.
5. Penulisan laporan: laporan hendaknya ditulis secara komunikatif, mudah dibaca, dan mendeskripsikan suatu gejala atau kesatuan sosial secara jelas, sehingga memudahkan pembaca untuk memahami seluruh informasi penting. Laporan diharapkan dapat membawa pembaca ke dalam situasi kasus kehidupan seseorang atau kelompok.
            Lebih lanjut Creswell mengemukakan sebagaimana dikutip oleh (Kusmarni, 2014:4) beberapa “tantangan” dalam perkembangan studi kasus kualitatif sebagai berikut : 1) Peneliti hendaknya dapat mengidentifikasi kasusnya dengan baik; 2) Peneliti hendaknya mempertimbangkan apakah akan mempelajari sebuah kasus tunggal atau multikasus; 3) Dalam memilih suatu kasus diperlukan dasar pemikiran dari peneliti untuk melakukan strategi sampling yang baik sehingga dapat pula mengumpulkan informasi tentang kasus dengan baik pula; 4) Memiliki banyak informasi untuk menggambarkan secara mendalam suatu kasus tertentu. Dalam merancang sebuah studi kasus, peneliti dapat mengembangkan sebuah matriks pengumpulan data dengan berbagai informasi yang dikumpulkan mengenai suatu kasus; dan 5) Memutuskan “batasan” sebuah kasus. Batasan-batasan tersebut dapat dilihat dari aspek waktu, peristiwa dan proses.
5. Kelebihan dan Kekurangan Studi Kasus
            Sebagaimana yang diungkapkan oleh (Multazam, 2013:4-5) penelitian menggunakan studi kasus memiliki bebeapa beberapa kelebihan dan kekurangan, diantaranya sebagai berikut ini.
Kelebihan
Kekurangan
1. Analisis intensif yang dilewatkan tidak dlakukan oleh metode lain.
2. Dapat menghasilkan ilmu pengetahuan pada kasus khusus.
3. Cara yang tepat untuk mengeksplorasi fenomena yang belu secara detail diteliti.
4. Informasi yang dihasilkan dalam studi kasus dapat sangat bermanfaat dalam menghasilkan hipotesis yang diuji lebih ketat, rinci, dan seteliti mungkin pada penelitian berikutnya.
5. Studi kasus yang bagus (well designed) merupakan sumber informasi deskriotif yang baik dan dapat digunakan sebagai bukti untuk suatu pengembangan teori atau menyanggah teori.
1. Studi kasus seringkali dipandang kurang ilmiah atau pseudo-scientific karena pengukurannya bersifat subjectif atau tidak bisa dikuantifisir. Dalam hal ini, kritik ini juga mempertanyakan validitas dari hasil penelitian studi kasus.
2. Karena masalah interpretasi subjektif pada pengumpulan dan analisa data studi kasus, maka mengerjakan pekerjaan ini relative lebih sulit dari penelitian kuantitatif.
3. Masalah generalisasi. Karena skupa penelitian baik issu maupun jumlah orang yang menjadi target kajian studi kasus sangat kecil, kemampuan generalisasi dari temuan pada studi kasus adalah rendah.
4. Karena lebih bersifat deskriftif, studi kasus juga dianggap kurang memberi sumbangan pada persoalan-persoalan praktis mengatasi suatu masalah.
5. Biaya penyelenggaraan yang relative mahal. Karena kedalaman ibformasi yang digali pada studi kasus, maka luangan waktu dan fikiran untuk mengerjakan studi kasus jauh lebih banyak daripada studi dengan skala yang besar, tetapi hanya melingkupi data yang terbatas. Untuk hal ini, sebagian orang menganggap bahwa studi kasus lebih mahal dari pada penelitian-penelitian kuantitatif.
6. Karena fleksibilitas desain studi kasus, ini memungkinkan peneliti untuk beralih fokus studi ke arah yang tidak seharusnya.
(Multazam, 2013)
6. Contoh Penelitian Studi kasus
Disuatu kelas terdapat seorang siswa yang sangat menonjol, lain dari yang lain. Jika diajar tidak pernah tenang, sifatnya keras suka membantah. Sikapnya berang, akan tetapi prestasinya luas biasa baik. Siswa seperti ini pantas dijadikan “kasus”, artinya dijadikan subjek dalam penelitian menggunakan studi kasus.
Di dalam penelitian tersebut siswa diselidiki apa penyebab siswa mempunyai tingkah laku demikian. Apa saja yang melatar belakanginya, bagaimana sejarahnya dan seterusnya.

DAFTAR PUSTAKA
Creswell, John W. (2015). Penelitian Kualitatif dan Desain Riset : Memilih Diantara Lima Pendekatan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Hamili (2014). Penelitian Studi Kasus Desain Metode.
Bahri, Syamsyul (2014). Makalah Metode Penelitian Studi Kasus.
Kusmarni, Yani (2014). Laporan Studi Kasus.
Multazam, Ahmad (2013). Studi Kasus Dalam Metodologi Penelitian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar